Selasa, 19 November 2013

Bebarapa Pertunjukan yang dihadirkan saat PAT (pekan apresiasi Teater) di ISI Padangpanjang




1.      Teater  Sahita dengan judul naskah ‘’Serimpi ketawang lima genap’’
Teater ini menceritakan kehidupan seorang yang usia lanjut atau sudah tua, mereka sama-sama menunggu waktu, sama-sama menanti mati, menjelang itu tejadi meeka mengisi hidup mereka dengan gembira sambil menari, menyanyi dan bercengkrama satu sama lainnya.
Salah satu asumsi yang berkembang adalah kurangnya pertimbangan oleh kreator tentang aspek kemampuan daya tangkap penonton sesuai dengan kebutuhan dan tujuanapresiatif masyarakat indonesia secara umum yang lebih interest mengapresiasi karya-karya popuer untuk tujuan mencari keceriahan dan pelipur duka.
Menurut saya Teater ini sangat menghibur para penonton, dan apalagi para aktor begitu ssemangatnya walau usia mereka sudah tua tetapi mereka begitu enerjik, menurut saya yang saya tidak suka dari teater atau pertunjukan ini adalah mereka mengunakan bahasa daerah sehingga saya sulit untuk menangkap maksud dari dialog mereka tersebut.


2.      Teater Hampa Indonesia Universitas Negeri Malang dengan judul naskah ‘’Mitos’’
Teater ini mencritakan tentang seorang gadis muda yang bernama Zainap yang kerjanya pelukis payung kertas dan ia hidup bersama ibinya di jawa, dan umurnya sudah matang untuk menikah, Asep seorang pemuda yang asal sunda menjadi dambaan hati Zainap.
Pada suatu hari ibu Zainap mengetahui hubungan putrinya dengan Asep dan ia juga mengetahui bahwa asep adalah orang sunda, dan ia mengelak kalau putrinya besuamikan orang sunda karena dalam kepercayaan orang dulu yang melarang orang jawa menikah dengan orang Sunda, padahal sebenarnya alasan yang paling kuat adalah sewaktu Zainap bayi ia ditingal pergi oleh suaminya dan tidak ada kabar berita yang ia dapatkan.
Menurut saya naskah yang mereka angkat cukup menariktetepi mereka meminkan nya mono dan tokoh yang mereka perankan tidak hidup, mereka idak memikirkan kesadaran ruang waktu berada diatas panggung.

3.      IsI Padang Panjang dengan judul naskah ‘’RT 0 RW O’’
Naskah ini menceritakan tentang sebuah fenomena masyarakat marjinal yang tinggal dikolong jembatan, mereka menjalani kehidupan dengan kasar dan keras disini tidak ada lagi pencitraan, rasa malu, bahkan harga diripun telah hilang.
Gelandangan kemudian menjadi identitas, yaitu sebuah identitas terhadap orang-orang kumuh yang tanpa perlindungan, tanpa jaminan kesehatan, tanpa pendidikan dan setiap waktu duburu-buru rasa takut.
Menurut saya teater ini menarik sebab menceritakan problema yang terjadi di masyarakat kelas bawah apalagi dengan adanya adegan para aktor menyanyi dangdut, yang saya tidak suka yaitu pertunjukannya terlalu lama.


4.      ISI Padang Panjang dengan judul naskah ‘’Siti Baheram’’
Menceritakan kisah di tanah Pariaman seorang wanita yang tertindas oleh suami nya yang kerjanya hanya berjudi, mabuk-mabukan. Suatu hari ia bertemu dengan seorang pemuda yang bernama juki dan ia smpat berselingkuh dangan juki. Juki seorang pemuda yang gagah namun berwatak keras ia meminta uang kepada ibunya untuk pergi merantau dengan maksud meruba nasib, namun apa yang terjadi paerselingkuhan juki dengan siti baheram ternyata diketahui oleh orang-orang dan para petinggi adat dan ia pun dijatuhi hukuman gantung akibat perbuatannya.
Pendapat saya cerita ini sangat bagus banyak pelajaran dan pesan moral yang dapat kita patik dari naskah yang dimainkan tersebut, kelemahannya partunjukan nya sangat panjang atau lama sehingga penonton jadi bosan.

5.      Insitut Kesenian Jakarta dengan naskah ‘’wek-wek’’
Ruang persidangan, dimana pun itu sejatinya adalah tempat mencari keadilan semua orang baik miskin maupun kaya, pejabat atau rakyat jelata berharap mendapat keadilan diruangan itu. Mereka bermain menghibur tapi menurut saya lebih ke entertain atau bentuk film.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar