Pegunaan tanda baca, kata bantu, hubungan antar kalimat
dalam buku Drama turgi Sandiwara Potret Teater popuper dalam masyarakat
poskolonial
Buku
Drama turgi Sandiwara Potret Teater
popuper dalam masyarakat poskolonial karangan Dede Pramayoza ini agak sedikit
rumit karena banyak istilah-istilah dalam buku ini mengunakan bahasa
minangkabau namun pembaca bisa mengerti dengan adanya daftar istilah yang
dibuat oleh si penulis, hal ini tentulah tidak membuat pembaca menjadi
mengambang sehingga kata-kata yang ditulis oleh pengarang tadi bisa dipahami
oleh pebaca.
Buku
Drama turgi Sandiwara Potret Teater
popuper dalam masyarakat poskolonial karangan Dede Pramayoza juga unggul dan
mempertahankan budaya kontennya ditengah meraknya berbagai budaya asing yang
masuk dan berkembang secara pesat, ia juga memberikan Analogi bilanperbandingan
dan pertentangan memberikan sejumlah ketidaksamaan dan perbedaan antara dua hal
maka Analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda,
tetapi memperlihatkan kesamaan dari segi fungsi dari kedua hal tersebut, hal
ini lah yang dilakukan oleh pengarang dalam bukunya tersebut.
Dalam
buku Drama turgi Sandiwara Potret Teater
popuper dalam masyarakat poskolonial perkembangan sebuah alinia lebih banyak
mengunakan sebab-akibat sebagai dasar, dalam mengembangkan hubungan
sebab-akibat tersebut pengarang mengarap persoalannya berdasarkan suatu rangka
tertentu, misal berdasarkan kepentingan relatifnya berdasarkan kesederhanaan
atau kekompleksannya ketidak langsungan sebab atau akibat itu terhadap pokok
utamanya.
Klasifikasi
atau pengelompokkan permasalahan dalam buku ini sangat bagus dan tepat hal ini
terlihat pada beberapa halaman awal penulis membahas mengenai bentuk-bentuk
kearifan budaya lokal diminangkabau, kemudian berulah membahas satu persatu
bentuk-bentuk teater tradisional di minangkabau, mulai dari poskolonial, disamping
itu dalam kehidupan sehari-hari dituliskan pendapat dari masyarakat-masyarakat
isi pemikirannya tentang suatu seni pertunjukan yang ia ketahui sehingga
mendapatkan suatu kesimpulan yang masuk akal sehingga bisa di pertanggung
jawabkan dari segi akal yang sehat atau sesuai dengan penalaran.
Paralerisme
atau kesinambungan antara paragraf satu dengan paragraf lainya juga sangat
evektif hal ini terlihat ketika penulis menyebutkan beberapa deretan peristiwa
teater yang terjadi di minangkabau, paralerisme atau kesejajaran bentuk
membantu memberi kejelasan dalam unsur dramatikal dengan mempertahankan
bagian-bagian yang sederajat dalam kontruksi yang sama, sehingga pembaca dengan
mudah mengetahui peristiwa dari awal teater di minangkabau sampai terakhirnya
(sekarang).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar