Minggu, 01 Juni 2014


Pegunaan tanda baca, kata bantu, hubungan antar kalimat dalam buku Drama turgi Sandiwara Potret Teater popuper dalam masyarakat poskolonial

Buku  Drama turgi Sandiwara Potret Teater popuper dalam masyarakat poskolonial karangan Dede Pramayoza ini agak sedikit rumit karena banyak istilah-istilah dalam buku ini mengunakan bahasa minangkabau namun pembaca bisa mengerti dengan adanya daftar istilah yang dibuat oleh si penulis, hal ini tentulah tidak membuat pembaca menjadi mengambang sehingga kata-kata yang ditulis oleh pengarang tadi bisa dipahami oleh pebaca.
Buku  Drama turgi Sandiwara Potret Teater popuper dalam masyarakat poskolonial karangan Dede Pramayoza juga unggul dan mempertahankan budaya kontennya ditengah meraknya berbagai budaya asing yang masuk dan berkembang secara pesat, ia juga memberikan Analogi bilanperbandingan dan pertentangan memberikan sejumlah ketidaksamaan dan perbedaan antara dua hal maka Analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda, tetapi memperlihatkan kesamaan dari segi fungsi dari kedua hal tersebut, hal ini lah yang dilakukan oleh pengarang dalam bukunya tersebut.
Dalam buku  Drama turgi Sandiwara Potret Teater popuper dalam masyarakat poskolonial perkembangan sebuah alinia lebih banyak mengunakan sebab-akibat sebagai dasar, dalam mengembangkan hubungan sebab-akibat tersebut pengarang mengarap persoalannya berdasarkan suatu rangka tertentu, misal berdasarkan kepentingan relatifnya berdasarkan kesederhanaan atau kekompleksannya ketidak langsungan sebab atau akibat itu terhadap pokok utamanya.



Klasifikasi atau pengelompokkan permasalahan dalam buku ini sangat bagus dan tepat hal ini terlihat pada beberapa halaman awal penulis membahas mengenai bentuk-bentuk kearifan budaya lokal diminangkabau, kemudian berulah membahas satu persatu bentuk-bentuk teater tradisional di minangkabau, mulai dari poskolonial, disamping itu dalam kehidupan sehari-hari dituliskan pendapat dari masyarakat-masyarakat isi pemikirannya tentang suatu seni pertunjukan yang ia ketahui sehingga mendapatkan suatu kesimpulan yang masuk akal sehingga bisa di pertanggung jawabkan dari segi akal yang sehat atau sesuai dengan penalaran.
Paralerisme atau kesinambungan antara paragraf satu dengan paragraf lainya juga sangat evektif hal ini terlihat ketika penulis menyebutkan beberapa deretan peristiwa teater yang terjadi di minangkabau, paralerisme atau kesejajaran bentuk membantu memberi kejelasan dalam unsur dramatikal dengan mempertahankan bagian-bagian yang sederajat dalam kontruksi yang sama, sehingga pembaca dengan mudah mengetahui peristiwa dari awal teater di minangkabau sampai terakhirnya (sekarang).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar