Kritik
dan Mediasi Seni
Kritik
ialah suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan atau gagasan dari
seseorang yaitu kritikus kepada orang lain, dengan adanya tulisan dari kritikus
berarti penonton telah terjembatani tentang informasi atau berita tersebut,
seorang kritikus hendaknya harus bersikap netral artinya ia haruslah menulis
berita atau informasi sesuai dengan apa adanya tidak ada unsur-unsur paksaan
atau pribadi lainnya.
Wilayah
kritik itu sangat luas mencakup berbagai aspek kehidupan, dalam bidang seni
dapat pula dipilah atas beberapa batasan kritik seni, misalnya kritik sastra,
kritik musik, kritik seni rupa, kritik tari, kritik teater, dan kritik
film.dalam kritik pertunjukan teater yaitu yaitu banyak hal yang dikritik bisa
mulai tahap pra produksi maupun produksi disini kritikus berpihak sebagai
penonton yang menikmati pertunjukan tersebut kemudian kritikus menulis hasil
karya teater yang ia tonton tersebut dalam bentuk tulisan, tulisan yang ditulis
kritikus tersebut berisi tentang pro dan kantra sebuah pertunjukan atau segi
positif dan negatifnya. Contoh dari segi keaktoran, kostum dan rias, lighting,
dan sebagainya, hal yang demikian dikaji oleh seorang kritikus.
Dharsono
mengutarakan, anggapan sementara bahwa kritik seni merupakan suatu kegiatan
untuk memvonis satu kegiatan hipotensis untuk menunjukan kekurangan dan
kelemahan pada seniman dan karyanya, kritik selalu dikaitkan dengan bentuk
penghakiman, vonis , bahkan mencela, sehingga setiap penerima perilaku kritik
seniman harus mampu menahan rasa sakithati karena karyanya dicela, dilain pihak
seniman sudah merasa berbuat sesuatu yang dianggap cocok, karena intensitas
mereka sudah berbuat total dalam mewujudkan karya seninya. Artinya dengan
adanya kritikus yang menilai karya seorang seniman tersebut ia akan mengetahui
begaimana kekurangan dan kelebihan karya tersebut dimata penonton dan ini akan
menjadi cambuk atau motivasi untuk para seniman yang akan membuat karya
kedepannya.
Aktivitas
kritik seni sebenarnya secara menyeluruh diwarnai oleh pola pikir kualitatif
yang tujuan utamanya bukanlah membuktikan suatu prediksi atau hipotesis, tetapi
adalah pemahaman untuk menemukan makna konteks, didalam aktivitasnya kritikus
seni mengemban tugas berat didalam menerjemahkan dan membeberkan bahasa
metaforis yang sangat pelik yaitu dari bahasa seni kedalam bahasa yang mudah
dipahami agar penikmat dengan mudah menangkap dan memaknai suatu karya dengan
mudah dan dapat mengerti secara langsung tanpa adanya nya keraguan dari
pembaca.
Konsep
kritik oleh para ahli seni masih sering diperdebatkan perbedaan pandangan
tentang kritik seni disebabkan oleh metode yang digunakan dan setiap ahli seni
merasa dirinya paling sah dalam melakukan aktivitas kritiknya sendiri, selain
itu ada pula anggapan bahwa peranan kritik seni sendiri kurang jelas arah dan
fungsinya
Oleh
karena itu Osborne (1955) mengatakan bahwa kritik adalah kerancuan dan
kesimpangsiuran, hal yang begini bisa dikaitkan dengan definisi-definisi seni
yang dikemukakan oleh para ahli juga berlainan karena perbedaan sudut pandang,
dan ia mengatakan bahwa seorang kritikus hendaknya mampu menyajikan suatu nilai
mengenai karya seni yang akan ditulisnya dan mampu menjelaskan atau
menyampaikan kebagusan dan kejelekan serta membandingkan dengan karya seni yang
lainnya, kebiasaan mengkritik pada zaman yunani kuno terjadi pada
festifal-festifal drama dengan tujuan untuk menentukan kualitas karya drama
yang di anggap terbaik... dengan sasaran penilaian kualitas dan mamfaat bagi
isi suatu karya seni maka kehebatan yang khas bisa dihargai
Untuk
melakukan sebuah kritikan tentulah harus berstandar pada ilmu pengatahuan
tertentu sebagai study pendekatannya, baik yang berupa asumsi-asumsi, konsep-konsep,
teori-teori seni, apabila kita ingin mengkritik suatu objek tentulah kita harus
terlubih dahulu mengerti tentang objek tersebut yang disertai dengan
teori-teori yang kita pakai
Dalam
sebuah pertunjukan tentulah ada beberapa aspek yang tidak boleh dilupakan
yanitu diantaranya seniman, karya seni, penonton inilah yang merupakan tiga
komponen pendukung karya seni tersebut, apabila salah satu diantara komponen
pendukung diatas kurang maka karya seni tiadak akan jalan dengan baik ,
penonton atau audiens yang dimaksud disini adalah orang-orang yang datang untuk
menyaksikan pertunjukan tersebut dan menikmatinya, penghayat seni adalah
penghayat makna pengalaman kehidupan batiniah yang sadar akan ragam kemungkinan
bentuk estetis yang sanggup mewadahi dan memacu terciptanya beragam makna dan
nilai-nilainya, hanya dengan kesadaran dan pemahaman pengalaman di dalam
melakukan dialog dengan karya seni penghayat seni mampu mendapatkan pencerahan
bagi kehidupannya sebagai manusia berbudaya.
Seorang
penghayat seni sadar bahwa pengalaman yang bersumber dari sensivitas dan
subjektivitas dirinya bukanlah satu- satunya yang ada dan benar dan penghayat
seni sadar bahwa dirinya tidak memiliki wewenang untuk mengarahkan, meskipun ia
berwenang menentukan posisi dirinya dan terlibat secara langsung didalam
menciptakan makna dan nilai-nilainya, penghayat seni yang baik akan selalu haus
dengan ragam pengalaman estetik yang sanggup menggugah gairah kehidupan
menusiawi dengan ragam kekayaan pengalaman batin yang mendalam, dengan
pengalaman tersebut manusia akan mewarnai kehidupan sebagai manusia berbudaya
dan mampu menjadi seniman terbuka, seniman yang terbuka akan selalu menerima
pengembangan dan kritikan-kritikan, kemudiaan seniaman sebagai orang yang
mengalami proses kreativitas atau proses imajinasi, yaitu proses interaksi
antara persepsi memori dan persepsi luar, penghayat dalam menanggapi sebuah
karya seni akan terlibat proses kreatif atau proses imajinasi, itulah sebabnya
mengapa penghayat juga dapat dikatakan sebagai seniaman penghayat.
Kritik
jurnalis adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya
disampaikan secara terbuka kepada publik melalui mesia massa khususnya surat
kabar atau koran. Kritik jurnalistik sangat cepat mempengarui persepsi
masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni terutama karena sifat dari
media massa dalam mengkomunikasikan hasil tanggapannya, penulisan kritik
jurnalistik menyajikan deskripsi yang mengasyikan, mudah dicerna pembaca,
sedangakan analisis cenderung merupakan ulasan, meskipun demikian beberapa
tulisan kritik jurnalistik yang bagus juga banyak ditemukan dalam surat kabar.
Kritikan
ilmiah merupakan suatu keterampilan meng kritik atau mengungkapkan hasil
pemikiran atau pengamatan yang disusun secara sistematis sesuai aturan tertentu
yang lazim digunakan dalam dunia ilmu
pengetahuan, dengan demikian kritikan ilmiah berupa suatu produk pemikiran yang
memuat dan mengkaji masalah tertentu dengan mengunakan kaidah-kaidah
keilmuan.dalam kaidah keilmuan kritik ilmiah memerlukan suatu metode tertentu
dengan mengunakan bahasa dan tata tulis yang benar dan baik, atau pengungkapan
lisan (berbicara) secara prinsip-prinsip keilmuan seperti logis, lugas, jelas,
objektif, empiris, sistematis, dan konsisten. Oleh karena itu kritik seni
ilmiah sudah jelas berdasarkan konsepsi, dan konsep juga memiliki kejelasan
bahasa tulis kritik seni secara ilmiah
bertugas ,berperan, dan berfungsi nyata untuk menyatakan hubungan propesional
melalui simbol-simbol intelektual.
Bahasa
tulis formal intelektual ini yang merupakan karakteristik dari hasil kritik
secara ilmiah, ciri khas atau karakteristik lainya atau kecendrungan kritikan
untuk senantiasa mencari, mengelola, dan mengembangkan nilai-nilai objektifitas
sebagaimana juga karakteristik keilmuan dalam berbagai disiplin atau
cabang-cabangnya, kritikan mengandung masalah yang sedang dicarikan
pemecahannya bahasanya harus lengkap, terperinci, teratur dan cermat, bahasa
hendaklah harus benar, jelas, ringkas, dan tepat jangan bertele-tele sehingga
tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir. Kritik ilmiah
berfungsi untuk memberikan suatu ketepatan lewat analisis, interpretasi, dan
evaluasi terhadap karya seni serta reputasi artistik yang mempunyaiu keluasan
ruag dan waktu serta dapat memberi kemungkinan yang paling baik dari kenyataan
yang ada, kritik jenis ini menyampaikan penafsiran yng cermat melalui suatu penelitian dsan mencari kebenaran yang
tidak memihak terhadap siapapun.
Kritik
populer adalah jenis kritik seni yang ditunjukan untuk konsumsi massa atau umum
dalam tulisan kritik populer umumnya dipergunakan gaya bahasa dan
istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami oleh orang awam, kritik populer
merupakan jenis kritik atau putusan yang dibuat sejujur-jujurnya atau secara
tidak langsung suatu putusan yang
dibuat.
Unsur
yang harus ada dalam setiap kritik seni adalah deskripsi, interpretasi dan
menilai karya seni, deskripsi karya seni yang baik akan membantu para pembaca
untuk membayangkan karya seni yang akan dibahas setelah mendeskripsikan atau
menjelaskan seni tersebut kemudian melakuakn interpretasi atau menafsirkan
karya seni, menginterpretasikan adalah tindakan untuk mengaktualkan salah satu
potensi dari berbagai potensi yang dapat dilihat dari suatu karya seni,
deskripsi adalah pengambaran suatu objek dengan kata-kata dan tulisan baik
benda, tempat, suasana atau keadaan, deskripsi sangat penting dalam tulisan
ilmiah termasuk dalam tulisan kritik seni, penggambaran situasi yang dialami
oleh penulis akan membantu pembaca mengikuti perjalanan, pengamatan, dan kesan
yang dilakukan penulis.
Untuk
menulis sebuah deskripsi sangat diperlukan pengamatan yang tajam dengan
melibatkan semua indera kita, dalam mengamati pertunjukan teater misalnya
indera pendengaran dan penglihatan lebih di utamakan untuk menyaksikan
pertunjukan teater tersebut, bagaimana permainan para aktor di atas panggung, kostum
yang mereka pakai, bentuk settingnya dan lain sebagainya, deskripsi ekpositori
adalah pengambaran suatu objek menurut sistem dan urutan logis objek yang akan
diamati, deskripsi ekpositori ini sangat
berguna pula bagi penulis yang ingin meresensi sebuah pertunjukan.
Deskripsi
impresionistis adalah pengambaran suatu, sutuasi, peristiwa, lokasi, dan lain
sebagainya berdasarkan impresi atau kesan penulisnya terhadap observasi yang
dilakuakan atau karya seni yang akan diamati, tujuannya adalah untuk menstimulasi
pembacanya, dalam mengamati pertunjukan musik, tari , teater dan lain
sebagainya, deskripsi ini bisa dimulai dalam banyak hal tergantung dalam sudut
pandang penulis masing-masing, yang terpenting tentunya kesan kuat yang
tertangkap oleh penulisnya. Contoh dalam ritual molah Batombe dalam masyarakat
Abai Solok Selatan.
Solok
Selatan terkenal dengan sebutan nama Nagari seribu rumah gadang dimana disini
terdapat rumah gadang terpanjang di dunia yang berlokasikan di Abai, tidak
seperti biasanya kali ini rumah adat yang terpanjang itu dengan sebutan rumah
sigintir ini yang memiliki panjang 21 ruang ini tengah dihiasi berbagai kain
kebesaran masyarakat minang kabau ini bertanda bahwa masyarakat nagari Abai
akan melakukan sebuah tradisi yang diwarisi dari leluhur yaitu Batombe, batombe
ialah bentuk ungkapan perasaan seseorang yang di tuangkan dalam sebuah tradisi
berbalas pantun .
berdasarkan
perspektif tafsir, kenyataan bukan sesuatu yang bersifat objektif, jadi, dan
selesai, tetapi selalu ada proses bermakna tergantung dari hubungan diri
pengamat dengan kenyataan, representasi adalah hasil pemaknaan atas
konsep-konsep yang ada dalam pikiran kita melalui bahasa, hubungan
konsep-konsep dan bahasa yang memungkinkan kita mengacu kepada hal-hal nyata
didunia seperti manusia, objek-objek, peristiwa-peristiwa atau mengacu kepada
dunia imajiner dari objek-objek, manusia, dan peristiwa.
Dalam
menafsirkan karya seni tetap saja ada peluang melihat celah yang berbeda dengan
apa yang kita lihat dan ditafsir oleh orang lain, ini sangat tergantung pada
cara pandang dan paradigma, bahkan kepentingan seseorang terhadap karya seni
yang diamati, karya seni mengandung makna atau mengatakan tentang sesuatu oleh
karenanya kita membutuhkan penafsiran dalam memaknainya, penafsiran bisa
dilakukan dengan baik bila sebelumnya dilakukan deskripsi, dalam
mendeskripsikan suatu karya seni pendapat dari orang-orang pembaca karya seni
itu bolehsaja sama begitu juga ketika mendeskripsikan, tetapi dalam menafsir
dan mengevaluasi boleh atau bisa saja berbeda.
Menilai
karya seni bukan selalu menilai baik buruknya, sebab baik atau buruknya suatu
karya seni selalu bersifat relatif, karena sangat bergantung terhadap tanggapan
pembaca atau penikmat buruk menurut suatu komunitas belum tentu buruk menurut
komunitas lainya, banyak sekali para seniman membuat karya seni dengan
pesan-pesan sosial atau berkaitan dengan persepsi mereka atas situasi dan
kondisi sosial budaya serta politik, kegiatan mengamati karya seni bertujuan
untuk menelaah dan menilai karya seni, sasarannya tentulah aspek yang paling
menarik dan signitifikan, menilai karya seni tentulah tidak lepas dari tindakan
penafsiran penafsiran bisa dilakukan dengan paradigma apa saja, bukan pekerjaan
untuk mengatakan baik atau buruk melainkan untuk mengedepankan atau membawa
keluar potensi-potensi makna yang dianggap paling menarik, kontekstual, dan
krusial. Karya seni dapat dilihat dan dinilai dengan kriteria yang terpilih
misalnya : menurut ciri-ciri kasat mata pada karya bersangkutan, pada sebagaimana
representasi subjeknya, fungsi simbolismenya, dari aspek ekonominya, dan lain
sebagainya.
Dalam
pandangan realisme alam atau dunia ini adalah patokan kebenaran dan keindahan
yang sudah ada dengan sendirinya, dalam pandangan ini tidak ada karya seni yang
paling baik selain karya yang secara akurat menggambarkan alam semesta dengan
keberagamannya yang tak terbatas sedangkan paham ekspresionisme lebih bersifat
subjektif ia lebih mengutamakan sensibilitas para seniman kepada alam semesta
ini adalah suatu gerakan dibidang seni lukis, musik, kesusastraan dan teater
yang dimulai pada awal abad ke 20, sementara teater ekpresionisme mememfaatkan
topeng-topeng, gesture-gesture, bahasa yang digunakan yang digayakan dan
ritualistik serta menghancurkan urutan waktu, efek pencahayaan dan set-set
panggung juga digarap guna membangkitkan suasana dan emosi para penonton.
Formalisme
sering dikatakan sebagai suatu cara sebagai pendekatan yang pertama-tama
memandanf seni dari sisi seni itu sendiri, dan kaitannya dengan seni yang lain,
formalisme adalah teori seni demi seni yang menekankan bahwa bentuk adalah
kriteria satu-satunya untuk melihat karya seni.
Seni
pertunjukan sebaimana yang terdapat dilingkungan kita dalam keseharian dibagi
menjadi empat cabang seni yang tarpenting yaitu karawitan, tari, musik, dan
teater. Karawitan dalam bahasa yang lebih umum dapat disebut dengan musik
tradisi nusantara atau musik etnik, sementara musik dalam hal ini adalah musik
barat dapat pula dilihat dari Zamannya seperti klasik, barock dan sebagainya
kemudian untuk teater dapat pula dilihat dari teater tradisi atau teater
rakyat, konvensional dan teater modern, atau menurut alirannya realisme,
realisme sugestif, surealisme, kontemporer dan sebagainya, Teater verbal,
teater tubuh, teater mini kata, teater lainya.
Kreativitas
para seniman tidak hanya terbatas pada aspek seni pertunjukan saja atau seni
rupa saja, disamping informasi awal yang berkaitan dengan istilah teknis dan
informasilainya referensi juga sangat menunjang untuk melihat perkembangan
sesuatu kesenian masa ke masa, namun hal yang paling terpenting dalam menulis
sebuah kritik ialah keinginan atau kemauan kita sendiri menulis dibidang seni
tersebut, tanpa keinginan dan kemauan yang kuat mustahil itu dapat diwujudkan
untuk mencapai suatu tujuan atau hasilnya.
Ada
beberapa aspek yang harus diperhatiakan dalam karya seni yaitu keutuhan atau
kebersatuan, penonjolan atau penekanan, dan keseimbangan, keutuhan yang
dimaksud adalah bahwa karya seni yang indah menunjukan keseluruhannya sifat
yang utuh, tidak ada cacat, yang berarti tidak ada yang kurang dan tidak ada
yang lebih, memiliki hubungan yang bermakna relevan antar bagian, keutuhan
dapat pula dibagi atas keutuhan dalam keanekaragaman meliputi simetri, ritme,
dan keselarasan keutuhan dalam tujuan adalah perhatian bagi yang menyaksikan
betul-betul terpusat pada maksud yang sama pada karya.
Penonjolan
yang dimaksud sebagai upaya mengarahkan perhatian orang yang menikmati suatu
karya seni terhadap suatu hal tertentu yang di pandang penting dari hal-hal
lainnya, penonjolan juga dapat membentuk karakter karya seni, unsur keseimbangan dapat dilihat
dari setiap unsur-unsur yang sama, yang berlawanana, dan elemenlainya
dihadirkan secara berimbang. Selain unsur tersebut ada pula unsur yang mesti
diperhatikan yaitu : etika, estetika, dan logika, maksudnya secara secara etika
apakah suatu karya seni dapat memenuhi kriteria etika secara umum atau secara
khusus menurut pengukaran masyarakat, semantara dari aspek estetika bagaimana
bentuk estetika yang dihadirkan dalam suatu karya seni, apakah dalam suatu
karya seni dapat dihadirkan unsur estetik dengan baik, kemudian unsur logika
yang dicermati, apakah suatu karya seni dapat di ukur atau dilihat dari sebuah
karya seni yang masuk akal dan logis.
Menulis
resensi atau tinjauan adalah pekerjaan yang bersifat memaparkan kembali
sesuatu, boleh jadi masalah, kegiatan seni, dalam bidang karya seni resensi
pertunjukan sering sekali dilakukan kekuatan resensi adalah pada kemampuan
penulis mendeskripsikan karya seni, seolah-olah karya tersebut seperti tampak
jelas dilihat atau di dengar oleh para pembaca, kritik paling bermamfaat jika
ditulis sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pencerahan kepada orang
sebanyak-banyaknya dan dalam bahasa yang mudah dimengerti tidak berteleh-teleh.
Ada
beberapa aspek penting yang perlu dimiliki oleh seorang penulis kritik, adapun
aspek tersebut ialah kepekaan atau
kemampuan teknik, memiliki pengetahuan dan logika, dan kepekaan rasa. Kepekaan
kemampuan teknik termasuk teknik produksi sangat membantu seorang kritikus
dalam melakukan tugas menulis kritik, disamping itu yang tak kala penting yang
harus dikuasai itu adalah teknik mengamati pertunjukan dan menuliskan hasil
pengamatan untuk publikasi, memiliki pengatahuan terhadap subjek yang di
kritisi meliputi : asal usul, sejarah dan perkembangan, tentang gaya, gendre,
repertoar dan tema cerita yang bisa dibawakan, struktur, latar budaya, sosial,
agama, dan mungkin juga pengetahuan , disamping itu dibutuhkan sikap kritis, dan bentuknya yang
paling dasar berupa kemampuan berfikir logis.
Sementara
kepekaan rasa, khususnya kepekaan rasa estetis dapat membantu menyelami bagian
yang menyentuh berbagai rasa emosional dan penjiwaan atau ekpresi terhadap
karya, contoh teater yang minim kata-kata dan lebih mengutamakan ekplorasi
tubuh karya yang berjudul tangga ini merupakan karya kolaboratif yang melibat
seniman teater, tari dan musik dari ISI PadangPanjang, gagasan karya ini
terinpirasi dari pencampuran kekuasaan dengan bingkai demokrasi ala minangkabau
ditafsirkan dengan situasi kekinian yang lebih universal.
Ini
merupakan karya teater ekploratif yang sangat serat dengan simbol, tetapi minim
kata-kata, mengusung sembilan tangga sebagai propertinya karya yang melibatkan
sembilan pemain yang terdiri dari tiga orang penari dan enam orang pemain
teater, telah dipentaskan di gedung pertunjukan Hoehrijah Adam ISI
Padangpanjang. Sembilan tangga disandarkan berjejer didinding pentas bagian
belakang yang di kuat dengan latar visual art, semua pemain dengan kostum merah, berdiri dipuncak tangga,
kemudian perlahan-lahan mereka menuruni anak tangga.
Bagian
yang cukup menarik dicatat agaknya konfigurasi formasi tiga dan empat,
sutradara mencoba menonjilkan perempuan di atas singgasana kekuasaan, ekplorasi
dengan enam buah tangga yang ditegakkan dengan membentuk formasi tiga buah segi
tiga sama kaki berjejer diagonal ke kiri pentas, dengan formasi tangga yang di
buat seperti menara seorang penari menaiki tangga dan berdiri di atasnya
gerakannya cukup berani dan menantang , lewat tokoh perempuan itu sutradara
menyindir demokrasi ala minangkabau dan sistem kekerabatan matrilinial yang
memuliakan dan menonjolkan perempuan, dalam konteks kekinian dalam kelarasan
bodi caniago yang memakai keputusan dengan mengunakan musyawarah di tingkat
bawah, dan koto piliang yang menerapkan keputusan berada di tingkat rasa yang
memimpin.
Yang
takkala menarik adalah ekplorasi yang dilakukan oleh seluruh pemain dengan
mengusung tangga menjelajahi setiap lini pentas, mereka berlari mencari ruang
kosong dan mengisinya silih berganti, sebagai penutup penampilan tangga ini
seperti membentuk replika rumah gadang, karya ini sejatinya memiliki etika
konvensional seperti ungkapan bajanjang naik batanggo turun, segala sesuatu
sudah ada aturan dan tata caranya, akan tetapi benturan muncul ketika situasi
kekinian tidak lagi tertampung dalam koridor adat istiadat.
Pada
dasarnya merantau adalah suatu hal yang lumrah bagi semua kaum laki-laki
diminang, merantau sebagai motivasi dalam menuntut ilmu, pengalaman, dan bekal
yang akan dibawah kekampung halaman kelak, rantau adalah tempat yang penuh
optimis yang dituju, setiap saat dari masa ke masa orang minang silih berganti
pergi dari kampung untuk merantau, dari rantau para perantau memberikan
konstribusi berupa bantuan baik berupa material maupun non material untuk
membangun kampung halaman, dari rantau lahir para pemikir yang hebat, kebiasaan
merantau ini susuai dengan falsafah adat istiadat minang kabau yang berbunyi
karatau madang di hulu, babuah babungo balun, karantau bujang daulu, dirumah
pagino balun artinya pergilah kerantau mencari ilmu atau sesuatu dan kembali
dari rantau dan pergunakanlah ilmu yang telah didapat dari rantau tersebut
untuk membangun nagari atau kampung halaman.
Sejak
dewasa ini dan senjutnya, masa yang ideal itu akan merubah disinyalir oleh sudah tidak banyak lagi para
pembaru minang yang lahir dari rantau, para perantau bahkan ada yang frustasi
ketika dikampung halamannya telah bermunculan berbagai pernak-pernik kehidupan
kota, seperti : warnet, hotel, gaya hidup sebagian besar remaja mengikuti gaya
masyarakat barat, serba instan dan cenderung menjadi metroseksual, sesuai
dengan petatah adat mianang indak basuo alua jo patuik, alasan bacari-cari,
pipik ditembak dek mariam, kondisi ini
sangat bertolak belakang dengan kondiisi masyarakat dikampung halaman pada tiga
dasa warsa yang lalu.
Kalau
hal tersebut dibiarkan tentulah minangkabau akan tinggal namanya saja, hal ini
tentulah menjadi tugas masyarakat mianang kabau sehingga walaupun masuk arus
medernisasi tapi masyarakat bisa menilai dan memila mana yang cocok dan sesuai
untuk masyarakat mianangkabau hendaknya.
Fenomena
tersebut membuat seorang teaterawan mudah minangkabau yaitu Wendi tersentuh dan
mambuat suatu pertunjukan teater dan ia juga membuat suatu ungkapan pelesetan
pantun tentang merantau yaini karatau madang di hulu, buah nyo jatuah ketanah
gembur, marantau hilangkan malu, dikampuang hotel dan warnet tumbuh subur,
artinya merantau hanya sekedar melepas rasa malu dari kampung karena bila
seseorang laki-laki tidak mampu melewati tapal batas kampung halamannya, maka
ia dianggap tidak pernah merantau dan tidak lengkap menjadi laki-laki minang. Sang seniman ini mencoba memposisikan rantau
sebagai kampungnya laki-laki dan kampung sebagai tambo riwayat lama yang tidak
boleh berubah.
Sang
teaterawan muda ini mengawali pertunjukan dengan mengambarkan sekelimit setuasi
di kampung, sebuah keluarga yang memiliki kecukupan harta benda berupa sawah,
ladang, dan ternak, seorang ibu yang mempunyai anak perempuan yang ingin pergi
merantau dan dengan berat hati sang ibu melepas anaknya untuk merantau, tak
lama berselang waktu kemudian anak laki-lakinya juga berkeinginan keras untuk
merantau hal i ni tentulah membuat ibu menjadi tambah sedih.
Setting
situasi di daerah perkotaan digambarkan dalam beberapa suasana, misalnya
suasana diterminal, suara para kernek yang berebutan mencari penumpang, para
pedagang asongan, ia juga memotret beberapa peristiwa, seperti suasana di mall
dengan berbagai tawaran discount yang mengiurkan, ketergantungan individu
dengan internet dalam mencari informasi, akibatnya individu asyik sendiri dan
tidak peduli dengan individu yang lainya bahkan dengan kesehatan dirinya,
apalagi ditambah dengan makanan yang serba instan yang tidak sehat
Untuk
memperkuat citraan beberapa suasana dan lokasi, sutradara mengunakan setting
atau properti yang terbuat dari besi, pertunjukan ini pada awalnya akan dipertunjukan pada
ruang tertutup prosenium oleh karena kecilnya ruang pentas di belimbing,
sehingga sutradara dan tim kreatifnya terpaksa memindahkan kehalaman pentas,
catatan penting dari pertunjukan ini antara lain inovasi yang dilakukan adalah
pada pembacaan situasi sosial masyarakat minang pada saat sekarang ini dalam
kaitannya dalam rantau dan kampung yang sudah berubah mengunakan properti yang
bersifat fleksibel dan multi fungsi, begitu juga dengan penataan artistik tetap
mempertimbangkan kondisi teater publik sumatera barat denagn alasan dapat lebih
komunikatif dengan penonton, akan tetapi sebenarnya sutradara juga terkendala
terhadap aktor yang belum total menjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar