Minggu, 01 Juni 2014



Kritik dan Mediasi Seni

Kritik ialah suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan atau gagasan dari seseorang yaitu kritikus kepada orang lain, dengan adanya tulisan dari kritikus berarti penonton telah terjembatani tentang informasi atau berita tersebut, seorang kritikus hendaknya harus bersikap netral artinya ia haruslah menulis berita atau informasi sesuai dengan apa adanya tidak ada unsur-unsur paksaan atau pribadi lainnya.
Wilayah kritik itu sangat luas mencakup berbagai aspek kehidupan, dalam bidang seni dapat pula dipilah atas beberapa batasan kritik seni, misalnya kritik sastra, kritik musik, kritik seni rupa, kritik tari, kritik teater, dan kritik film.dalam kritik pertunjukan teater yaitu yaitu banyak hal yang dikritik bisa mulai tahap pra produksi maupun produksi disini kritikus berpihak sebagai penonton yang menikmati pertunjukan tersebut kemudian kritikus menulis hasil karya teater yang ia tonton tersebut dalam bentuk tulisan, tulisan yang ditulis kritikus tersebut berisi tentang pro dan kantra sebuah pertunjukan atau segi positif dan negatifnya. Contoh dari segi keaktoran, kostum dan rias, lighting, dan sebagainya, hal yang demikian dikaji oleh seorang kritikus.
Dharsono mengutarakan, anggapan sementara bahwa kritik seni merupakan suatu kegiatan untuk memvonis satu kegiatan hipotensis untuk menunjukan kekurangan dan kelemahan pada seniman dan karyanya, kritik selalu dikaitkan dengan bentuk penghakiman, vonis , bahkan mencela, sehingga setiap penerima perilaku kritik seniman harus mampu menahan rasa sakithati karena karyanya dicela, dilain pihak seniman sudah merasa berbuat sesuatu yang dianggap cocok, karena intensitas mereka sudah berbuat total dalam mewujudkan karya seninya. Artinya dengan adanya kritikus yang menilai karya seorang seniman tersebut ia akan mengetahui begaimana kekurangan dan kelebihan karya tersebut dimata penonton dan ini akan menjadi cambuk atau motivasi untuk para seniman yang akan membuat karya kedepannya.
Aktivitas kritik seni sebenarnya secara menyeluruh diwarnai oleh pola pikir kualitatif yang tujuan utamanya bukanlah membuktikan suatu prediksi atau hipotesis, tetapi adalah pemahaman untuk menemukan makna konteks, didalam aktivitasnya kritikus seni mengemban tugas berat didalam menerjemahkan dan membeberkan bahasa metaforis yang sangat pelik yaitu dari bahasa seni kedalam bahasa yang mudah dipahami agar penikmat dengan mudah menangkap dan memaknai suatu karya dengan mudah dan dapat mengerti secara langsung tanpa adanya nya keraguan dari pembaca.
Konsep kritik oleh para ahli seni masih sering diperdebatkan perbedaan pandangan tentang kritik seni disebabkan oleh metode yang digunakan dan setiap ahli seni merasa dirinya paling sah dalam melakukan aktivitas kritiknya sendiri, selain itu ada pula anggapan bahwa peranan kritik seni sendiri kurang jelas arah dan fungsinya
Oleh karena itu Osborne (1955) mengatakan bahwa kritik adalah kerancuan dan kesimpangsiuran, hal yang begini bisa dikaitkan dengan definisi-definisi seni yang dikemukakan oleh para ahli juga berlainan karena perbedaan sudut pandang, dan ia mengatakan bahwa seorang kritikus hendaknya mampu menyajikan suatu nilai mengenai karya seni yang akan ditulisnya dan mampu menjelaskan atau menyampaikan kebagusan dan kejelekan serta membandingkan dengan karya seni yang lainnya, kebiasaan mengkritik pada zaman yunani kuno terjadi pada festifal-festifal drama dengan tujuan untuk menentukan kualitas karya drama yang di anggap terbaik... dengan sasaran penilaian kualitas dan mamfaat bagi isi suatu karya seni maka kehebatan yang khas bisa dihargai
Untuk melakukan sebuah kritikan tentulah harus berstandar pada ilmu pengatahuan tertentu sebagai study pendekatannya, baik yang berupa asumsi-asumsi, konsep-konsep, teori-teori seni, apabila kita ingin mengkritik suatu objek tentulah kita harus terlubih dahulu mengerti tentang objek tersebut yang disertai dengan teori-teori yang kita pakai
Dalam sebuah pertunjukan tentulah ada beberapa aspek yang tidak boleh dilupakan yanitu diantaranya seniman, karya seni, penonton inilah yang merupakan tiga komponen pendukung karya seni tersebut, apabila salah satu diantara komponen pendukung diatas kurang maka karya seni tiadak akan jalan dengan baik , penonton atau audiens yang dimaksud disini adalah orang-orang yang datang untuk menyaksikan pertunjukan tersebut dan menikmatinya, penghayat seni adalah penghayat makna pengalaman kehidupan batiniah yang sadar akan ragam kemungkinan bentuk estetis yang sanggup mewadahi dan memacu terciptanya beragam makna dan nilai-nilainya, hanya dengan kesadaran dan pemahaman pengalaman di dalam melakukan dialog dengan karya seni penghayat seni mampu mendapatkan pencerahan bagi kehidupannya sebagai manusia berbudaya.
Seorang penghayat seni sadar bahwa pengalaman yang bersumber dari sensivitas dan subjektivitas dirinya bukanlah satu- satunya yang ada dan benar dan penghayat seni sadar bahwa dirinya tidak memiliki wewenang untuk mengarahkan, meskipun ia berwenang menentukan posisi dirinya dan terlibat secara langsung didalam menciptakan makna dan nilai-nilainya, penghayat seni yang baik akan selalu haus dengan ragam pengalaman estetik yang sanggup menggugah gairah kehidupan menusiawi dengan ragam kekayaan pengalaman batin yang mendalam, dengan pengalaman tersebut manusia akan mewarnai kehidupan sebagai manusia berbudaya dan mampu menjadi seniman terbuka, seniman yang terbuka akan selalu menerima pengembangan dan kritikan-kritikan, kemudiaan seniaman sebagai orang yang mengalami proses kreativitas atau proses imajinasi, yaitu proses interaksi antara persepsi memori dan persepsi luar, penghayat dalam menanggapi sebuah karya seni akan terlibat proses kreatif atau proses imajinasi, itulah sebabnya mengapa penghayat juga dapat dikatakan sebagai seniaman penghayat.
Kritik jurnalis adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan secara terbuka kepada publik melalui mesia massa khususnya surat kabar atau koran. Kritik jurnalistik sangat cepat mempengarui persepsi masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni terutama karena sifat dari media massa dalam mengkomunikasikan hasil tanggapannya, penulisan kritik jurnalistik menyajikan deskripsi yang mengasyikan, mudah dicerna pembaca, sedangakan analisis cenderung merupakan ulasan, meskipun demikian beberapa tulisan kritik jurnalistik yang bagus juga banyak ditemukan dalam surat kabar.

Kritikan ilmiah merupakan suatu keterampilan meng kritik atau mengungkapkan hasil pemikiran atau pengamatan yang disusun secara sistematis sesuai aturan tertentu yang lazim digunakan dalam dunia  ilmu pengetahuan, dengan demikian kritikan ilmiah berupa suatu produk pemikiran yang memuat dan mengkaji masalah tertentu dengan mengunakan kaidah-kaidah keilmuan.dalam kaidah keilmuan kritik ilmiah memerlukan suatu metode tertentu dengan mengunakan bahasa dan tata tulis yang benar dan baik, atau pengungkapan lisan (berbicara) secara prinsip-prinsip keilmuan seperti logis, lugas, jelas, objektif, empiris, sistematis, dan konsisten. Oleh karena itu kritik seni ilmiah sudah jelas berdasarkan konsepsi, dan konsep juga memiliki kejelasan bahasa tulis  kritik seni secara ilmiah bertugas ,berperan, dan berfungsi nyata untuk menyatakan hubungan propesional melalui simbol-simbol intelektual.
Bahasa tulis formal intelektual ini yang merupakan karakteristik dari hasil kritik secara ilmiah, ciri khas atau karakteristik lainya atau kecendrungan kritikan untuk senantiasa mencari, mengelola, dan mengembangkan nilai-nilai objektifitas sebagaimana juga karakteristik keilmuan dalam berbagai disiplin atau cabang-cabangnya, kritikan mengandung masalah yang sedang dicarikan pemecahannya bahasanya harus lengkap, terperinci, teratur dan cermat, bahasa hendaklah harus benar, jelas, ringkas, dan tepat jangan bertele-tele sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir. Kritik ilmiah berfungsi untuk memberikan suatu ketepatan lewat analisis, interpretasi, dan evaluasi terhadap karya seni serta reputasi artistik yang mempunyaiu keluasan ruag dan waktu serta dapat memberi kemungkinan yang paling baik dari kenyataan yang ada, kritik jenis ini menyampaikan penafsiran yng cermat melalui  suatu penelitian dsan mencari kebenaran yang tidak memihak terhadap siapapun.
Kritik populer adalah jenis kritik seni yang ditunjukan untuk konsumsi massa atau umum dalam tulisan kritik populer umumnya dipergunakan gaya bahasa dan istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami oleh orang awam, kritik populer merupakan jenis kritik atau putusan yang dibuat sejujur-jujurnya atau secara tidak langsung suatu putusan  yang dibuat.
Unsur yang harus ada dalam setiap kritik seni adalah deskripsi, interpretasi dan menilai karya seni, deskripsi karya seni yang baik akan membantu para pembaca untuk membayangkan karya seni yang akan dibahas setelah mendeskripsikan atau menjelaskan seni tersebut kemudian melakuakn interpretasi atau menafsirkan karya seni, menginterpretasikan adalah tindakan untuk mengaktualkan salah satu potensi dari berbagai potensi yang dapat dilihat dari suatu karya seni, deskripsi adalah pengambaran suatu objek dengan kata-kata dan tulisan baik benda, tempat, suasana atau keadaan, deskripsi sangat penting dalam tulisan ilmiah termasuk dalam tulisan kritik seni, penggambaran situasi yang dialami oleh penulis akan membantu pembaca mengikuti perjalanan, pengamatan, dan kesan yang dilakukan penulis.
Untuk menulis sebuah deskripsi sangat diperlukan pengamatan yang tajam dengan melibatkan semua indera kita, dalam mengamati pertunjukan teater misalnya indera pendengaran dan penglihatan lebih di utamakan untuk menyaksikan pertunjukan teater tersebut, bagaimana permainan para aktor di atas panggung, kostum yang mereka pakai, bentuk settingnya dan lain sebagainya, deskripsi ekpositori adalah pengambaran suatu objek menurut sistem dan urutan logis objek yang akan diamati, deskripsi ekpositori ini sangat  berguna pula bagi penulis yang ingin meresensi sebuah pertunjukan.
Deskripsi impresionistis adalah pengambaran suatu, sutuasi, peristiwa, lokasi, dan lain sebagainya berdasarkan impresi atau kesan penulisnya terhadap observasi yang dilakuakan atau karya seni yang akan diamati, tujuannya adalah untuk menstimulasi pembacanya, dalam mengamati pertunjukan musik, tari , teater dan lain sebagainya, deskripsi ini bisa dimulai dalam banyak hal tergantung dalam sudut pandang penulis masing-masing, yang terpenting tentunya kesan kuat yang tertangkap oleh penulisnya. Contoh dalam ritual molah Batombe dalam masyarakat Abai Solok Selatan.

Solok Selatan terkenal dengan sebutan nama Nagari seribu rumah gadang dimana disini terdapat rumah gadang terpanjang di dunia yang berlokasikan di Abai, tidak seperti biasanya kali ini rumah adat yang terpanjang itu dengan sebutan rumah sigintir ini yang memiliki panjang 21 ruang ini tengah dihiasi berbagai kain kebesaran masyarakat minang kabau ini bertanda bahwa masyarakat nagari Abai akan melakukan sebuah tradisi yang diwarisi dari leluhur yaitu Batombe, batombe ialah bentuk ungkapan perasaan seseorang yang di tuangkan dalam sebuah tradisi berbalas pantun  .
berdasarkan perspektif tafsir, kenyataan bukan sesuatu yang bersifat objektif, jadi, dan selesai, tetapi selalu ada proses bermakna tergantung dari hubungan diri pengamat dengan kenyataan, representasi adalah hasil pemaknaan atas konsep-konsep yang ada dalam pikiran kita melalui bahasa, hubungan konsep-konsep dan bahasa yang memungkinkan kita mengacu kepada hal-hal nyata didunia seperti manusia, objek-objek, peristiwa-peristiwa atau mengacu kepada dunia imajiner dari objek-objek, manusia, dan peristiwa.
Dalam menafsirkan karya seni tetap saja ada peluang melihat celah yang berbeda dengan apa yang kita lihat dan ditafsir oleh orang lain, ini sangat tergantung pada cara pandang dan paradigma, bahkan kepentingan seseorang terhadap karya seni yang diamati, karya seni mengandung makna atau mengatakan tentang sesuatu oleh karenanya kita membutuhkan penafsiran dalam memaknainya, penafsiran bisa dilakukan dengan baik bila sebelumnya dilakukan deskripsi, dalam mendeskripsikan suatu karya seni pendapat dari orang-orang pembaca karya seni itu bolehsaja sama begitu juga ketika mendeskripsikan, tetapi dalam menafsir dan mengevaluasi boleh atau bisa saja berbeda.


Menilai karya seni bukan selalu menilai baik buruknya, sebab baik atau buruknya suatu karya seni selalu bersifat relatif, karena sangat bergantung terhadap tanggapan pembaca atau penikmat buruk menurut suatu komunitas belum tentu buruk menurut komunitas lainya, banyak sekali para seniman membuat karya seni dengan pesan-pesan sosial atau berkaitan dengan persepsi mereka atas situasi dan kondisi sosial budaya serta politik, kegiatan mengamati karya seni bertujuan untuk menelaah dan menilai karya seni, sasarannya tentulah aspek yang paling menarik dan signitifikan, menilai karya seni tentulah tidak lepas dari tindakan penafsiran penafsiran bisa dilakukan dengan paradigma apa saja, bukan pekerjaan untuk mengatakan baik atau buruk melainkan untuk mengedepankan atau membawa keluar potensi-potensi makna yang dianggap paling menarik, kontekstual, dan krusial. Karya seni dapat dilihat dan dinilai dengan kriteria yang terpilih misalnya : menurut ciri-ciri kasat mata pada karya bersangkutan, pada sebagaimana representasi subjeknya, fungsi simbolismenya, dari aspek ekonominya, dan lain sebagainya.
Dalam pandangan realisme alam atau dunia ini adalah patokan kebenaran dan keindahan yang sudah ada dengan sendirinya, dalam pandangan ini tidak ada karya seni yang paling baik selain karya yang secara akurat menggambarkan alam semesta dengan keberagamannya yang tak terbatas sedangkan paham ekspresionisme lebih bersifat subjektif ia lebih mengutamakan sensibilitas para seniman kepada alam semesta ini adalah suatu gerakan dibidang seni lukis, musik, kesusastraan dan teater yang dimulai pada awal abad ke 20, sementara teater ekpresionisme mememfaatkan topeng-topeng, gesture-gesture, bahasa yang digunakan yang digayakan dan ritualistik serta menghancurkan urutan waktu, efek pencahayaan dan set-set panggung juga digarap guna membangkitkan suasana dan emosi para penonton.
Formalisme sering dikatakan sebagai suatu cara sebagai pendekatan yang pertama-tama memandanf seni dari sisi seni itu sendiri, dan kaitannya dengan seni yang lain, formalisme adalah teori seni demi seni yang menekankan bahwa bentuk adalah kriteria satu-satunya untuk melihat karya seni.
Seni pertunjukan sebaimana yang terdapat dilingkungan kita dalam keseharian dibagi menjadi empat cabang seni yang tarpenting yaitu karawitan, tari, musik, dan teater. Karawitan dalam bahasa yang lebih umum dapat disebut dengan musik tradisi nusantara atau musik etnik, sementara musik dalam hal ini adalah musik barat dapat pula dilihat dari Zamannya seperti klasik, barock dan sebagainya kemudian untuk teater dapat pula dilihat dari teater tradisi atau teater rakyat, konvensional dan teater modern, atau menurut alirannya realisme, realisme sugestif, surealisme, kontemporer dan sebagainya, Teater verbal, teater tubuh, teater mini kata, teater lainya.
Kreativitas para seniman tidak hanya terbatas pada aspek seni pertunjukan saja atau seni rupa saja, disamping informasi awal yang berkaitan dengan istilah teknis dan informasilainya referensi juga sangat menunjang untuk melihat perkembangan sesuatu kesenian masa ke masa, namun hal yang paling terpenting dalam menulis sebuah kritik ialah keinginan atau kemauan kita sendiri menulis dibidang seni tersebut, tanpa keinginan dan kemauan yang kuat mustahil itu dapat diwujudkan untuk mencapai suatu tujuan atau hasilnya.
Ada beberapa aspek yang harus diperhatiakan dalam karya seni yaitu keutuhan atau kebersatuan, penonjolan atau penekanan, dan keseimbangan, keutuhan yang dimaksud adalah bahwa karya seni yang indah menunjukan keseluruhannya sifat yang utuh, tidak ada cacat, yang berarti tidak ada yang kurang dan tidak ada yang lebih, memiliki hubungan yang bermakna relevan antar bagian, keutuhan dapat pula dibagi atas keutuhan dalam keanekaragaman meliputi simetri, ritme, dan keselarasan keutuhan dalam tujuan adalah perhatian bagi yang menyaksikan betul-betul terpusat pada maksud yang sama pada karya.
Penonjolan yang dimaksud sebagai upaya mengarahkan perhatian orang yang menikmati suatu karya seni terhadap suatu hal tertentu yang di pandang penting dari hal-hal lainnya, penonjolan juga dapat membentuk karakter  karya seni, unsur keseimbangan dapat dilihat dari setiap unsur-unsur yang sama, yang berlawanana, dan elemenlainya dihadirkan secara berimbang. Selain unsur tersebut ada pula unsur yang mesti diperhatikan yaitu : etika, estetika, dan logika, maksudnya secara secara etika apakah suatu karya seni dapat memenuhi kriteria etika secara umum atau secara khusus menurut pengukaran masyarakat, semantara dari aspek estetika bagaimana bentuk estetika yang dihadirkan dalam suatu karya seni, apakah dalam suatu karya seni dapat dihadirkan unsur estetik dengan baik, kemudian unsur logika yang dicermati, apakah suatu karya seni dapat di ukur atau dilihat dari sebuah karya seni yang masuk akal dan logis.
Menulis resensi atau tinjauan adalah pekerjaan yang bersifat memaparkan kembali sesuatu, boleh jadi masalah, kegiatan seni, dalam bidang karya seni resensi pertunjukan sering sekali dilakukan kekuatan resensi adalah pada kemampuan penulis mendeskripsikan karya seni, seolah-olah karya tersebut seperti tampak jelas dilihat atau di dengar oleh para pembaca, kritik paling bermamfaat jika ditulis sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pencerahan kepada orang sebanyak-banyaknya dan dalam bahasa yang mudah dimengerti tidak berteleh-teleh.
Ada beberapa aspek penting yang perlu dimiliki oleh seorang penulis kritik, adapun aspek tersebut ialah  kepekaan atau kemampuan teknik, memiliki pengetahuan dan logika, dan kepekaan rasa. Kepekaan kemampuan teknik termasuk teknik produksi sangat membantu seorang kritikus dalam melakukan tugas menulis kritik, disamping itu yang tak kala penting yang harus dikuasai itu adalah teknik mengamati pertunjukan dan menuliskan hasil pengamatan untuk publikasi, memiliki pengatahuan terhadap subjek yang di kritisi meliputi : asal usul, sejarah dan perkembangan, tentang gaya, gendre, repertoar dan tema cerita yang bisa dibawakan, struktur, latar budaya, sosial, agama, dan mungkin juga pengetahuan , disamping itu  dibutuhkan sikap kritis, dan bentuknya yang paling dasar berupa kemampuan berfikir logis.
Sementara kepekaan rasa, khususnya kepekaan rasa estetis dapat membantu menyelami bagian yang menyentuh berbagai rasa emosional dan penjiwaan atau ekpresi terhadap karya, contoh teater yang minim kata-kata dan lebih mengutamakan ekplorasi tubuh karya yang berjudul tangga ini merupakan karya kolaboratif yang melibat seniman teater, tari dan musik dari ISI PadangPanjang, gagasan karya ini terinpirasi dari pencampuran kekuasaan dengan bingkai demokrasi ala minangkabau ditafsirkan dengan situasi kekinian yang lebih universal.
Ini merupakan karya teater ekploratif yang sangat serat dengan simbol, tetapi minim kata-kata, mengusung sembilan tangga sebagai propertinya karya yang melibatkan sembilan pemain yang terdiri dari tiga orang penari dan enam orang pemain teater, telah dipentaskan di gedung pertunjukan Hoehrijah Adam ISI Padangpanjang. Sembilan tangga disandarkan berjejer didinding pentas bagian belakang yang di kuat dengan latar visual art, semua pemain  dengan kostum merah, berdiri dipuncak tangga, kemudian perlahan-lahan mereka menuruni anak tangga.
Bagian yang cukup menarik dicatat agaknya konfigurasi formasi tiga dan empat, sutradara mencoba menonjilkan perempuan di atas singgasana kekuasaan, ekplorasi dengan enam buah tangga yang ditegakkan dengan membentuk formasi tiga buah segi tiga sama kaki berjejer diagonal ke kiri pentas, dengan formasi tangga yang di buat seperti menara seorang penari menaiki tangga dan berdiri di atasnya gerakannya cukup berani dan menantang , lewat tokoh perempuan itu sutradara menyindir demokrasi ala minangkabau dan sistem kekerabatan matrilinial yang memuliakan dan menonjolkan perempuan, dalam konteks kekinian dalam kelarasan bodi caniago yang memakai keputusan dengan mengunakan musyawarah di tingkat bawah, dan koto piliang yang menerapkan keputusan berada di tingkat rasa yang memimpin.



Yang takkala menarik adalah ekplorasi yang dilakukan oleh seluruh pemain dengan mengusung tangga menjelajahi setiap lini pentas, mereka berlari mencari ruang kosong dan mengisinya silih berganti, sebagai penutup penampilan tangga ini seperti membentuk replika rumah gadang, karya ini sejatinya memiliki etika konvensional seperti ungkapan bajanjang naik batanggo turun, segala sesuatu sudah ada aturan dan tata caranya, akan tetapi benturan muncul ketika situasi kekinian tidak lagi tertampung dalam koridor adat istiadat.
Pada dasarnya merantau adalah suatu hal yang lumrah bagi semua kaum laki-laki diminang, merantau sebagai motivasi dalam menuntut ilmu, pengalaman, dan bekal yang akan dibawah kekampung halaman kelak, rantau adalah tempat yang penuh optimis yang dituju, setiap saat dari masa ke masa orang minang silih berganti pergi dari kampung untuk merantau, dari rantau para perantau memberikan konstribusi berupa bantuan baik berupa material maupun non material untuk membangun kampung halaman, dari rantau lahir para pemikir yang hebat, kebiasaan merantau ini susuai dengan falsafah adat istiadat minang kabau yang berbunyi karatau madang di hulu, babuah babungo balun, karantau bujang daulu, dirumah pagino balun artinya pergilah kerantau mencari ilmu atau sesuatu dan kembali dari rantau dan pergunakanlah ilmu yang telah didapat dari rantau tersebut untuk membangun nagari atau kampung halaman.
Sejak dewasa ini dan senjutnya, masa yang ideal itu akan merubah  disinyalir oleh sudah tidak banyak lagi para pembaru minang yang lahir dari rantau, para perantau bahkan ada yang frustasi ketika dikampung halamannya telah bermunculan berbagai pernak-pernik kehidupan kota, seperti : warnet, hotel, gaya hidup sebagian besar remaja mengikuti gaya masyarakat barat, serba instan dan cenderung menjadi metroseksual, sesuai dengan petatah adat mianang indak basuo alua jo patuik, alasan bacari-cari, pipik ditembak dek mariam,  kondisi ini sangat bertolak belakang dengan kondiisi masyarakat dikampung halaman pada tiga dasa warsa yang lalu.

Kalau hal tersebut dibiarkan tentulah minangkabau akan tinggal namanya saja, hal ini tentulah menjadi tugas masyarakat mianang kabau sehingga walaupun masuk arus medernisasi tapi masyarakat bisa menilai dan memila mana yang cocok dan sesuai untuk masyarakat mianangkabau hendaknya.
Fenomena tersebut membuat seorang teaterawan mudah minangkabau yaitu Wendi tersentuh dan mambuat suatu pertunjukan teater dan ia juga membuat suatu ungkapan pelesetan pantun tentang merantau yaini karatau madang di hulu, buah nyo jatuah ketanah gembur, marantau hilangkan malu, dikampuang hotel dan warnet tumbuh subur, artinya merantau hanya sekedar melepas rasa malu dari kampung karena bila seseorang laki-laki tidak mampu melewati tapal batas kampung halamannya, maka ia dianggap tidak pernah merantau dan tidak lengkap menjadi laki-laki minang.  Sang seniman ini mencoba memposisikan rantau sebagai kampungnya laki-laki dan kampung sebagai tambo riwayat lama yang tidak boleh berubah.
Sang teaterawan muda ini mengawali pertunjukan dengan mengambarkan sekelimit setuasi di kampung, sebuah keluarga yang memiliki kecukupan harta benda berupa sawah, ladang, dan ternak, seorang ibu yang mempunyai anak perempuan yang ingin pergi merantau dan dengan berat hati sang ibu melepas anaknya untuk merantau, tak lama berselang waktu kemudian anak laki-lakinya juga berkeinginan keras untuk merantau hal i ni tentulah membuat ibu menjadi tambah sedih.
Setting situasi di daerah perkotaan digambarkan dalam beberapa suasana, misalnya suasana diterminal, suara para kernek yang berebutan mencari penumpang, para pedagang asongan, ia juga memotret beberapa peristiwa, seperti suasana di mall dengan berbagai tawaran discount yang mengiurkan, ketergantungan individu dengan internet dalam mencari informasi, akibatnya individu asyik sendiri dan tidak peduli dengan individu yang lainya bahkan dengan kesehatan dirinya, apalagi ditambah dengan makanan yang serba instan yang tidak sehat
Untuk memperkuat citraan beberapa suasana dan lokasi, sutradara mengunakan setting atau properti yang terbuat dari besi, pertunjukan  ini pada awalnya akan dipertunjukan pada ruang tertutup prosenium oleh karena kecilnya ruang pentas di belimbing, sehingga sutradara dan tim kreatifnya terpaksa memindahkan kehalaman pentas, catatan penting dari pertunjukan ini antara lain inovasi yang dilakukan adalah pada pembacaan situasi sosial masyarakat minang pada saat sekarang ini dalam kaitannya dalam rantau dan kampung yang sudah berubah mengunakan properti yang bersifat fleksibel dan multi fungsi, begitu juga dengan penataan artistik tetap mempertimbangkan kondisi teater publik sumatera barat denagn alasan dapat lebih komunikatif dengan penonton, akan tetapi sebenarnya sutradara juga terkendala terhadap aktor yang belum total menjadi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar